Kamp Karyawan RSCK Tzu Chi: Wajah yang Bahagia

Tuesday, 01 May 2018

Di Tzu Chi, diajarkan untuk melihat keberkahan di segala hal. Untuk mengenalinya, tentu harus dengan hati yang sukacita, salah satu poin yang disampaikan Hok Lay.

Wajah yang Bahagia menjadi tema dari kamp karyawan Rumah Sakit Cinta Kasih (RSCK) Tzu Chi yang diadakan untuk pertama kalinya pada 28-29 April 2018. Sekitar 124 karyawan mengikuti kamp yang digelar di Aula Jing Si Tzu Chi Center, Jakarta. Mulai dari dokter, perawat, bidan, analis laboratorium, manajer, staf, hingga customer service.

Training yang diberikan pada kamp ini bukanlah training yang sifatnya skill, melakukan secara psikis mampu membangkitkan rasa syukur. Materi-materi dalam training ini juga mengingatkan kembali bahwa bahasa tubuh memiliki arti penting di manapun seseorang berada. Ini merupakan modal utama dalam melayani pasien dengan nyaman.

“Kita kan ini satu misi yang tidak kecil, apalagi di kemudian hari kita akan membangun Tzu Chi Hospital. Dan sebagai rumah sakit, pelayanan itu kan maha penting, pelayanan dari front office, sampai ke belakang, bagaimana menyatukan visi di dalam Misi Kesehatan yang khususnya di rumah sakit ini. Ini kan tidak mudah,” kata Pembina Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi, Oey Hoey Leng.

Kamp karyawan RSCK rencananya akan dilaksanakan sebanyak tiga gelombang pada tahun ini. Gelombang yang pertama ini diikuti oleh sekitar 142 karyawan.

Hok Lay, relawan Komite Tzu Chi mengajak peserta untuk menyadari bahwa setiap hari adalah hari yang berkah. Jika bisa melihat segala sesuatunya sebagai berkah, hidup akan penuh dengan sukacita.

“Siapapun anda, harus setiap pagi itu mensyukuri hidup anda. Master Cheng Yen ketika bangun pagi, menghirup udara segar, bersyukur saya masih bernafas, menggerakkan tangan masih bergerak, menggerakkan kaki, masih bergerak. Masih bisa berpikir, bersyukur,” terangnya.

Sebaliknya ketika lupa untuk bersyukur, seseorang akan mudah meluapkan amarah. Jika sudah begitu, ia tak akan mampu melihat sesuatu sebagai berkah, tetapi sebagai sebuah tekanan.

“Anda sekarang sedang berjodoh di RSCK, anda bukan sekedar karyawan, tapi anda adalah orang-orang yang sedang bersumbangsih, mengusahakan penyembuhan bagi banyak orang, memberikan cinta kasih serta welas asih,” tambahnya.

Di akhir paparannya, Hok Lay juga membakar semangat para peserta.

“Kita bisa berhasil tidak?” tanyanya.

“Bisa!!” jawab para karyawan RSCK serempak.

“Anda pasti berhasil menjalani hidup ini, jangan pernah membenci hidup anda. Jangan pernah membenci diri anda. Jangan pernah membenci posisi anda. Lakukan dengan sukacita. Ketika kita melakukan semuanya dengan serius, dengan sukacita, prestasi kita meningkat. Kita terus meningkatkan kualitas diri kita. Baik selama kita di sini atau nanti di tempat lain, kita adalah kita, kemampuan kita, kita bawa. Buatlah prestasi anda mulai dari sekarang, sukai pekerjaan anda yang sekarang. Kalau memang anda tidak suka, cari yang lain silahkan cari, tapi sebelum dapat, sukai dulu pekerjaan yang ada,” ujar Hok Lay menggebu.

Komunikasi dan Kerja Sama

Pemimpin yang baik harus menghargai pendapat timnya, tapi tidak menjadi jaminan sebuah pendapat timnya akan menjadi keputusan. Ia harus pertimbangkan masak-masak apakah masukan dari tim bisa menjadi keputusan yang baik untuk timnya. Begitu pelajaran dari games Lego Puzzle ini.

Di sesi lainnya, Freddy Ong memandu dua games dengan sangat heboh, yakni Lego Puzzle dan Filling the star (mengisi bintang). Di Games lego puzzle setiap kelompok ditantang untuk menyusun lego dengan formasi yang sudah ditentukan. Orang pertama, kedua, dan seterusnya memberikan instruksi secara berantai hingga ke orang terakhir yang menyususun lego. Tak jarang instruksi awal sampai ke telinga orang terakhir dengan sangat berbeda.

Tentu saja games ini tidak soal menang atau kalah, tapi bagaimana cara menumbuhkan komunikasi antar sesama tim supaya bisa berhasil. Begitu juga dengan games yang kedua yang menitikberatkan pada proses mengisi titik-titik pada gambar bintang. Komunikasi memang bukan satu-satunya penentu untuk suksesnya sebah organisasi, tapi sebuah organisasi bisa hancur kalau komunikasinya berantakan, itulah inti dari games ini.

“Jadi games simple ini sebenarnya teman-teman sudah tahu maksudnya. Yang pemimpin harus menghargai timnya, harus tahan emosi, kita diajarkan untuk sabar, kita diajarkan menjadi tim yang baik, untuk memiliki komunikasi yang baik. Jadi saya harapkan dengan dua games simple ini, kita bisa menjadi pemimpin yang baik, tim yang baik supaya organisasi RSCK bisa lebih baik lagi,” terang Freddy.  

Tulus Melayani Pasien

Kikieh Chandra sangat bersyukur mendapatkan kesempatan mengikuti kamp ini.

Kamp yang berlangsung selama dua hari tersebut memberikan kesan yang mendalam bagi para pesertanya. Misalnya saja drg. Deli Danti.

Materi yang disampaikan semuanya bagus, jadi baru kali ini saya ikut kamp tidak ngantuk, bervariasi. Kegiatan yang kita lakukan tidak hanya di satu tempat, berpindah-pindah tempat, jadi itu juga membuat peserta antusias. Dua hari ikut kamp, selalu dapat sesuatu yang baru,” kata drg. Deli Danti yang juga sangat berkesan dengan kelas merangkai bunga dan meracik teh.

Sementara itu bagi Kikieh Chandra, mengikuti kamp ini menambah pengetahuannya tentang Budaya Humanis Tzu Chi.  “Menjadi lebih semangat lagi. Selesai kamp, saya akan praktikkan untuk pasien terutama karena bidang saya kebetulan melayani pasien. Sebelum ini saya juga sudah menjalankannya, jika menghadapi pasien, kita harus menempatkan diri sebagai keluarga pasien,” kata Kikieh yang menjadi Koordinator BPJS di RSCK selama hampir lima tahun ini dari awal mulai Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang kemudian dilebur menjadi BPJS sekitar tahun 2013.

Banyak sekali sukaduka yang Kikieh alami saat menjalani pekerjaannya, seperti dibentak oleh pasien. “Karena ada beberapa peraturan, misalnya pasien BPJS itu dari awal sudah harus dipastikan pakai BPJS. Tetapi awalnya ini pasien umum, dia kan tidak mau pakai BPJS, setelah biaya membengkak, dia baru pakai BPJS. Itu terpaksa kita tolak, karena kan aturannya tidak bisa. Nah itu mereka pasti marah-marah,” cerita Kikieh.

Kikieh pernah didatangi Lembaga Swadaya Masyarakata (LSM), pernah diintimadasi, bahkan pernah juga dilempar berkas. Meski begitu, Kikieh juga merasakan banyak sukacita. “Begitu ada pasien yang memang layak kita bantu, terima kasihnya itu tulus, kita jadi senang. Senyuman pasien itu luar biasa, senang kita. Sangat betah di rumah sakit karena senang membantu orang. Apalagi RSCK pasiennya rata-rata menengah ke bawah,” tambahnya.

Para karyawan RSCK Tzu Chi mendapatkan pengetahuan lebih dalam tentang Tzu Chi. Bagaiman Tzu Chi bekerja di Indonesia maupun di seluruh dunia, serta seperti apa budaya humanis yang selalu dipraktikkan oleh insan Tzu Chi.

Direktur RSCK Tzu Chi, Dr. Tonny Cristianto mengaku menjadi orang yang paling bahagia dari pelaksanaan kamp ini.  “Saya lihat dari kemarin, pagi, siang, malam, semuanya tidak ada yang tidak bersukacita. Mudah-mudahan apa yang kita arahkan bisa tercapai. Kita harus menyadari bahwa kita tidak hanya sekedar bekerja di RSCK saja tapi kita adalah bagian dari sebuah misi kemanusiaan yang sangat besar, dan kita mendapat peran di sini,” kata Dr. Tonny Cristianto.

Bagaikan ulat yang bermetamorfosa, para karyawan Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi bertekad untuk terus meningkatkan kualitas diri. Ini semua demi memberikan pelayanan kepada masyarakat yang terus semakin baik.

Editor: Arimami Suryo A

 

Jurnalis : Khusnul Khotimah
Fotografer : Arimami SA, Merry Hasan (He Qi Barat 2)

Sumber : http://www.tzuchi.or.id