Perhatian yang Membangun Semangat Juang Didi

Tuesday, 21 January 2020

Perhatian yang Membangun Semangat Juang Didi

21 Ja  


Relawan dan Tim Medis RSCK Tzu Chi mengunjungi Didi, salah satu pasien penerima bantuan Tzu Chi yang hidup seorang diri.

Kegiatan kunjungan kasih merupakan kegiatan rutin yang di lakukan para dokter, perawat, dan staf Rumah Sakit Cinta Kasih (RSCK) Tzu Chi Cengkareng kepada para pasien yang membutuhkan perhatian khusus. Pasien-pasien ini merupakan penerima bantuan Tzu Chi dan umumnya membutuhkan perhatian (pengobatan) khusus karena kondisi kehidupan dan keluarganya yang kurang mampu.

Selasa, 14 januari 2020, para Tim Medis RSCK Cinta Kasih dan relawan Tzu Chi mengunjungi Achmad Didi (51) di Jurang Mangu Timur, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan. Didi, demikian ia biasa disapa, mengalami kelumpuhan dan kini hidup seorang diri di sebuah ruangan bekas bekas etalase toko milik temannya.

Kepada Dokter Mitha yang memeriksanya, Didi menceritakan kondisinya yang sering pusing dan terkadang susah BAB.

Didi yang merantau dari Jambi ke Jakarta dengan niat untuk kuliah dan bekerja di Jakarta ternyata tidak berjalan mulus sesuai harapan. Pada 19 Juni 1996, Didi tertabrak mobil yang sedang melaju kencang. Mobil tersebut menerobos lampu merah. Akibatnya, tulang belakang Didi patah dan pahanya tertancap kayu sehingga mengalami Trauma Servikal yang mengakibatkan kelumpuhan permanen.

Kejadian itu mengubah kehidupan Didi 180 derajat. Kini ia hanya bisa terbaring di tempat tidur. Hampir seluruh tubuhnya tidak bisa digerakan dan mengakibatkan Inkontinensia dimana suatu kondisi tubuh seseorang tidak dapat mengendalikan buang air besar atau kecil.

Oleh sebab itu Didi memodifikasi tempat tidurnya dengan tutup kain kelambu putih, agar saat ia buang air besar atau buang air kecil tidak terlihat oleh orang lain. Ia juga terpaksa tidak memakai pakaian (telanjang) agar tidak repot mengganti pakaian.

Pemeriksaan tekanan darah oleh perawat Ns. Fransiskus Siku Hera, S.Kep. Hasilnya, tekanan darah Didi termasuk rendah.

Dokter dan perawat RSCK Tzu Chi melakukan Home Care (kunjungan pemeriksaan) untuk memeriksa kesehatan Didi. Dari hasil pemeriksaan, ditemukan luka pada siku kanan yang biasa digunakan untuk bergerak dan menopang tubuhnya.

“Pak Didi, luka yang di siku kanan itu namanya luka dekubitus. Luka itu bisa terjadi karena bapak terlalu lama di posisi yang sama untuk menopang berat tubuh. Supaya siku kiri dan punggung tidak terjadi luka seperti itu lagi, bapak harus sering berubah posisi maksimal 1 jam sekali,” kata dokter Mitha Satefany.

Didi hanya tinggal seorang diri. Ia sudah lama bercerai dengan istrinya, dan anaknya juga ikut bersama ibunya. Segala keperluan sehari-hari Didi dibantu oleh teman-teman yang tinggal tidak jauh dari rumahnya. Sebelum berangkat kerja mereka sudah menyiapkan keperluan Didi, seperti membelikan makanan, mengisi air galon, memandikan Didi, hingga membersihkan tempat tidur dan membuang BAB-nya.

Didi Menunjukkan luka bekas operasi yang diakibatkan terlalu lama menahan tekanan tubuhnya.

“Mereka bukan hanya seperti teman dan keluarga, mereka seperti malaikat yang selalu membantu saya. Beruntung saya memiliki teman seperti mereka,” kata Didi haru.

Meski tinggal di lingkungan yang mayoritas berkecukupan, tidak semua tetangga peduli padanya. Justru teman-temannya yang hanya pekerja kasar seperti kuli bangunan dan pengepul barang bekas yang mau membantu dan menemaninya. Mereka juga sering menghibur dan berkumpul di rumah Didi untuk menonton siaran langsung sepak bola.

Pada tahun 2010, jalinan jodoh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dengan Didi bermula. Sejak itu Didi pun mendapat perhatian dari relawan Tzu Chi. Bukan hanya dari segi kesehatan saja, para relawan juga selalu memberikan semangat dan motivasi kepadanya.

Dokter memeriksa kondisi kesehatan Didi yang secara umum terbilang cukup baik.

Bantuan yang diberikan Tzu Chi berupa bantuan biaya hidup dan juga kebutuhan-kebutuhan lainnya, seperti underpad, Washlap, sampai koran bekas untuk membersihkan BAB. Relawan juga sering datang dengan keluarga membawa makanan, bingkisan Lebaran atau hadiah tahun baru untuk Didi. “Tzu Chi memberikan (bantuan) biaya hidup berupa uang dan sedikit makanan. Ada juga obat-obatan untuk perawatan rutin,” kata Handoko, relawan Tzu Chi Tangerang.

Walau dalam keadaan sulit Didi selalu ceria dan semangat, terlihat saat ia mencerikan perjalanan hidupnya ia merasa masih banyak orang yang kurang beruntung dari dirinya. Ia juga sering membaca Tabloid Tzu Chi dan menonton tayangan DAAI TV Indonesia. Menurut Didi, Tzu Chi banyak mengubah hidupnya menjadi lebih bersemangat dan bersyukur. “Relawan yang datang banyak dan selalu berganti-ganti setiap bulannya, sulit rasanya untuk menghitung kebaikan mereka. Saya juga salut kepada Master Cheng Yen (pendiri Tzu Chi) yang selalu menyebarkan kebaikan dalam ceramahnya yang membuat hati saya merasa adem,” tambah Didi.

Editor: Hadi Pranoto

Jurnalis : Aditia Saputra (He Qi Barat 1)
Fotografer : Aditia Saputra (He Qi Barat 1)

Sumber : http://www.tzuchi.or.id