Menjadi Bagian dari Humanisme RSCK

Tuesday, 10 December 2019

Dokter Ong Tjandra, Sp.OG memberikan materi mengenai Sejarah Perjalanan Tzu Chi, Visi Misi & Sosok Master Cheng yen.

Rumah Sakit Cinta Kasih (RSCK) Tzu Chi yang dulunya adalah poliklinik, kini semakin tumbuh berkembang menjadi rumah sakit umum. Memegang visi Menjadikan Rumah Sakit Paripurna, Bermutu dan Terjangkau di Indonesia yang berpegang teguh pada Cinta kasih Kasih Universal, RSCK berkomitmen meningkatkan pelayanan yang berbudaya Humanis Tzu Chi. Oleh karena itu, setiap tahunnya RSCK selalu menyelenggarakan Tzu Chi Camp untuk seluruh karyawan, baik staf medis maupun non medis. Harapannya agar bisa menambah pengetahuan dan pemahaman bagi seluruh karyawan tentang jejak langkah Tzu Chi dalam menyebarkan cinta kasih.

Tzu Chi Camp diadakan untuk keempat kalinya pada 30 November – 1 Desember 2019. Bertempat di Gan En Lou, Tzu Chi Center, PIK, kegiatan ini diikuti oleh 55 orang peserta yang terdiri dari dokter, perawat, analis, apoteker, dan 15 narasumber.

Membagi Semangat Berbuat Kebajikan
Untuk lebih mengetahui jejak langkah Tzu Chi, dr. Ong Chandra membagikan materi tentang sejarah dan visi misi Tzu Chi. Dokter Ong Chandra adalah seorang dokter kandungan yang aktif dalam kegiatan Tzu Chi.

Sebelum ia memulai penjelasannya, dokter yang biasa dipanggil dr. Ong ini memanggil panitia. Beliau meminta salah satu panitia untuk menyiapkan kursi di depan, jadi ketika ia tidak kuat berdiri saat mengisi materi, ia bisa mengisinya sambil duduk. “Takut nggak kuat,” ungkapnya.

Agus Hartono yang memberikan sharing cerita hidupnya yang sudah 20 tahun bergabung dengan Tzu Chi. Ia mengajak semua orang untuk menggarap ladang berkah dan menumbuhkan Jiwa kebijaksanaan sesuai dengan materi yang ia bawakan.

Seni merangkai bunga yang menjadi bagian dari budaya humanis Tzu Chi tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Dalam setiap tangkai bunga yang dipotong, terdapat filosofi bahwa hidup tidak boleh berlebihan harus seimbang dan melakukan dengan hati yang tenang dan bahagia.

Saat itu juga panitia baru mengetahui bahwa sejak 21 – 23 November 2019, dr. Ong sempat dirawat di rumah sakit setelah melakukan endoskopi dan kolonskopi. Diketahui dr. Ong menderita pendarahan usus yang mengakibatkan kadar HB-nya turun menjadi 10, yang mana normalnya 15-16. Ia pun diharuskan untuk bedrest selama seminggu.

Walaupun kondisinya sedang tidak maksimal, dr. Ong tetap berusaha membagi semangat dan pengetahuan, serta pengalamannya berkecimpung di Tzu Chi. Ia tetap menggenggam setiap detik waktunya yang berharga untuk mengisi materi kamp ini.

“Memang bila berniat membagi kebaikan, rasanya malah membuat kita merasa semangat dan berguna. Semoga menjadi berkat,” kata dr. Ong.

Selama mengisi materi, bangku sudah disiapkan tak terpakai dan dr. Ong bisa menyelesaikan materi dengan sangat baik. Malahan dia masih bisa mengisi materi dengan lelucon-lelucon kecil khas dirinya.

Lekas pulih, Dokter Ong!

Nilai Plus Seorang Perawat
Sesi Grooming dan Tatakrama Tzu Chi juga turut mengisi rangkaian kamp. Yuliati, relawan komite dari He Qi Barat 2 mengisi materi dengan lancar. Ia menampilkan video tribute to nurse untuk menambah wawasan. Dari video itu, timbul masukan yang penting bahwa, seorang perawat harus mempunyai jiwa yang penuh perhatian, menghibur, melayani, menghormati, berjiwa bagai orang tua, luar biasa, ramah, siap, dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.

Malam keakraban diisi dengan penampilan drama yang menampilkan konsisi di tiap unit rumah sakit dan cara menyelesaikan masalah dengan budaya humanis Tzu Chi.

Peserta juga diajak untuk mengenal konsep pelestarian lingkungan dengan mengolah sampah kertas yang masih bisa dipakai di Depo Daul Ulang PIK.

Yonga, panggilan akrab Yuliati juga sempat berterima kasih kepada para suster. Ia berbagi pengalaman bahwa, ia telah bertemu dengan suster yang sangat baik, yang sudah merawat ibunya ketika berjuang melawan penyakit kanker. Kini sang ibu sudah tiada, tapi ia tetap berterima kasih mewakili sang ibu. Ia juga bercerita, karena kebaikan suster tersebut, saat menjelang meninggal, mamanya berpesan untuk membelikan roti yang enak untuk suster di rumah sakit tempat mamanya dirawat.

Yonga juga menyemangati semua suster dan tenaga medis peserta kamp bahwa, tugas mereka adalah tugas mulia. Jadi sebaiknya jangan pernah membeda-bedakan pasien, baik itu pasien VIP, kelas tiga, ataupun pengguna bantuan BPJS.

“Orang kaya ataupun miskin semuanya tidak ada yang mau sakit. Jadi harus merawat pasien dengan sungguh hati, kasih sayang, dan menganggap pasien itu sebagai keluarga sendiri,” pesannya.

Memanfaatkan Jalinan Jodoh
Agus Hartono, pemateri selanjutnya menjelaskan tentang menggarap ladang berkah dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Relawan yang sudah 20 tahun bergabung dalam barisan Tzu Chi ini merasa Tzu Chi berbeda dengan organisasi lainnya, “Di sini kita bukan hanya membantu orang yang tidak mampu tapi kita juga mendidik orang yang mampu, dengan menggarap ladang berkah dan melatih jiwa kebijaksaan.”

“Saya harap setiap karyawan dapat memanfaatkan jalinan jodoh baik ini dan mempunyai semangat relawan Tzu Chi,” tambah Agus Hartono.

Dokter Tonny Christianto, Sp.B,MM Direktur RSCK memberi pesan kepada peserta untuk menjadikan pasien sebagai keluarga dan guru mereka.

Memanfaatkan jalinan jodoh yang telah dirajut bersama Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Chi dan para pemateri hari itu, para peserta kamp mendapat berbagai penjelasan yang tidak kalah penting. Mereka menerima pemaparan mengenai misi budaya humanis yang mencakup beragam aspek dalam kehidupan. Selain itu juga mendapatkan penjelasan mendalam mengenai pelestarian lingkungan, terutama dalam menerapkan konsep 5R (RethinkReduceRepairReuse, dan Recycle).

“Sebelum saya ikut kamp ini, rasanya takut masuk dunia kerja. Soalnya takut kalau teman-temannya jutek dan nggak bersahabat. Puji Tuhan dari kamp ini saya bisa kenal teman-teman semua yang nanti akan jadi partner saya di tempat kerja,” kata Putri yang baru dua hari bergabung menjadi perawat di RSCK. “Dari sini juga, saya sebagai perawat jadi banyak ilmu tambahan untuk menghapi pasien dengan budaya humanis yang sudah diajarkan. Semoga kita semua bisa berubah menjadi lebih baik lagi,” imbuhnya.

Di akhir kegiatan, Direktur RSCK, dr. Tonny Christianto, Sp.B.MM berpesan kepada para peserta untuk bisa memberikan pelayanan yang maksimal bagi setiap pasien. “Mari mengganggap pasien sebagai keluarga dan guru kita, dengan begitu kita akan memberikan pelayanan yang indah dan harmonis. Mudah-mudahan ini menjadi suatu benih yang terus tumbuh untuk menciptakan pelayanan kesehatan Tzu Chi,” ungkap dr. Tonny.

 

 

Editor: Metta Wulandari

Jurnalis : Aditia Saputra, Kamelia (Rumah Sakit Cinta Kasih)
Fotografer : Aditia Saputra, Halim Ong (He Qi Barat 1), Mery (He Qi Barat 2

Sumber : http://www.tzuchi.or.id